Ritual Tengah Malam

>> 11/04/14

Faliq Ayken


Setiap malam, kulihat kaukeluar kamar
menyalakan lampu untuk memastikan masihkah ada cahaya
dalam gelap yang beberapa jam lalu, sebelum kautidur,
lampu-lampu itu tidur tak mendengkur.

Langkahmu menuju ruang belakang: kamar mandi, dapur, dan meja makan
Disebut yang pertama kauada di dalamnya,
mengambil air wudu yang kaugunakan untuk basah-basahan,
membasuh dan mengusap anggota tubuh yang perlu disetubuhi air.

Tengah malam, kaumulai berzikir dan berucap Bismillahirrahmanirrahim
Aku melihat dan mendengarnya dengan mata dan telinga yang terjaga
Kauambil secarik kertas, pulpen, dan pikiranmu yang kauletakkan di atas meja
Kaumerapal kata-kata, "Ritual tengah malam ini adalah nutrisi untukku
dan juga untuk orang-orang yang ingin berteman dengan kata-kata
seperti para pujangga."
"Ritual tengah malam ini adalah tangga awal untuk dipijak
agar kuat melangkah pada pijakan-pijakan tangga selanjutnya."

Pada pertengahan ritual, matamu jatuh di atas meja tanpa kausadari,
ia berkedip sebagai tanda lelah. Kaumengacuhkannya
Kauambil matamu itu dan kauletakkan ke tempat semula
Kaulanjutkan tarian-tarian jemarimu dengan sukacita
Matamu nanar, melihat jemarimu tanpa beban bergoyang ke kiri ke kanan
Sampai azan subuh berkumandang, kauberhenti.

Melanjutkan perjalanan!


Pondok Petir,
Minggu, 6 April 2014

0 komentar:

  © KOLIBÉT Komunitas Literasi Alfabét by Ourblogtemplates.com 2014

Log In