Cermin Sinta untuk Rama

>> 02/04/14

Herry Oktav


Rama berada di sudut yang tak terjangkau
Sinta terus tatap cermin dan berharap bisa menjamahnya
Teringat auranya yang memancarkan kegagahan
Kemilaunya menyilaukan soca
Lenyapkan pancaran angkuh Rahwana

Ah, cermin ini hanya menawarkan pilu
Tiada pernah menjadi tabib sakti saat ia disiksa rindu
Apakah lelaki yang jadi jodoh saat ia masih di dalam kandungan ibunya,
becermin sepertinya?

Permaisuri ini tetap menyatu dengan derita
Sementara raja sibuk pertahankan tahta
"Tiadakah kausempatkan diri becermin untuk sekadar menengokku di dalamnya?"
ia mengandai

Apakah ini karma dari sang cermin yang dulu pernah dipecahkan Sinta?
Pantaskah permaisuri Rama menyalahkan karma dewa,
atau ia sudah dibutakan pesona sang raja?

Ah, apa benar Rama tak suka becermin,
padahal ia selalu tampil rapi memakai wibawanya?
“Andai benar dia hanya mengaca benggala atas fatamorgana,
tampak di kejauhan tapi tiada dalam dekat,” Sinta berprasangka
Suaminya bagai mengaca di air, tiada rona Sinta memancar di dalamnya

Malam tak pernah minta ditemani bulan,
tapi ia setia menunggu datangnya matahari
"Sama sepertiku yang selalu setia menunggumu,
oh... di antara tabir yang sulit ditembus adalah menebak hatimu, Ramaku,"
gumam Sinta dalam hati


Ciputat,
Sabtu, 22 Maret 2014

0 komentar:

  © KOLIBÉT Komunitas Literasi Alfabét by Ourblogtemplates.com 2014

Log In