Cermin Mimi Aya

>> 03/04/14

Faliq Ayken


Apa kabarmu, sayang, masihkah kauingat nasihatku
waktu kutitipkan cermin kesayanganku kepadamu?
Bagaimana rasanya becermin?
Apakah kau telah mengetahui dirimu sendiri,
saat cermin itu tiba-tiba retak saat kautatap?

Setiap malam sebelum aku dijemput mimpi
aku berdiri di depannya sambil mengedipkan mata,
terkedip-kedip seperti matamu sebelum tidur dalam tafakur keabadian
Dijemput Kekasihmu yang sudah lama kaunantikan
Ialah Mimi Aya, perempuan yang tak pernah menyerah memberikan arah
kala aku terjebak hiburan-hiburan jalanan
Ialah kau, Ibu yang tak suka anak-anaknya mencuri dan mencari
cermin-cermin lain sebelum ilmu cermin itu dihabiskan

Cerminmu adalah alat yang nikmat untuk kutatap
setiap pagi, siang, malam, bahkan aku mati
menatapmu di ruang harum penuh bunga melati

Mimi Aya, saat becermin aku menemukanmu di dalamnya
Aku menciummu, memelukmu, sampai cermin itu pecah terbelah dua
"Allah adalah tujuan yang harus kauperjuangkan dengan caramu,"
katamu sebelum cermin itu kausambung menjadi satu
Semesta ini, cermin yang kautitipkan kepadaku


Pondok Petir,
Minggu, 30 Maret 2014

0 komentar:

  © KOLIBÉT Komunitas Literasi Alfabét by Ourblogtemplates.com 2014

Log In