Angin Angan

>> 22/05/14

Oky Primadeka


Pintu berderit saat udara malam bergerak perlahan,
menelusup ke dalam tulang terdalam sepasang pasangan
di hening hujan malam pertemuan.

Ada seberkas cahaya redup
rekat di lampu lampion,
menemani dingin yang telah lama mencari hangat
sebelum perpisahan mengurai air mata.

Dalam bahasa hati dan mata
leleh rindu yang membatu,
angin angan lagi tak bisu,
dan semua menyatu, satu.

Syahdan...
Di detik akhir pertemuan,
meski enggan si lelaki berkata, "Mungkin kutakkan kembali, tapi jangan
kaualirkan air dari sungai matamu."
Ia titipkan selembar sajak untuk kekasihnya
kisah yang terabadikan dalam kata
tentang perjumpaan Adam dan Hawa di Surga.


Ciputat,
Minggu, 11 Mei 2014

0 komentar:

  © KOLIBÉT Komunitas Literasi Alfabét by Ourblogtemplates.com 2014

Log In